Media Sosial Instagram Sebagai Forms of Expression


Gambar terkait

Hai semuanya! 


Di postingan yang sebelumnya saya telah membahas mengenai kemunculan media baru. Salah satu kemunculan media baru yang sangat fenomenal saat ini yaitu internet. Yap tentu sudah tidak asing lagi kan dengan yang namanya internet? Nah tidak bisa dipungkiri memang internet sudah menjadi teknologi komunikasi yang sangat lekat dengan kehidupan kita ya guys. Bahkan mungkin sekarang ini bagi beberapa anak-anak yang menyebut dirinya “kekinian” telah menganggap Internet sebagai kebutuhan utama mereka. Setiap hari jujur saja kita akan merasa janggal atau merasa ada yang kurang jika kita tidak mengisi hari-hari kita dengan mengakses internet, benar tidak? ya entah itu sekedar browsing, chatting, game online, maupun update media sosial. Setiap mengakses internet paling tidak ada saja hal menarik yang membuat kita selalu ingin berkutat dengan internet.


Kalau diamati semisal ketika sedang jalan atau mengunjungi suatu tempat hampir setiap orang mempunyai gadget yang tentunya dilengkapi fasilitas untuk mengakses internet. Karena pengguna internet berkembang sangat pesat saat ini begitu banyak tersedia nih aplikasi-aplikasi media sosial yang ada seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, Google+, dan media sosial lainnya yang dapat di unduh secara mudah dan gratis. Pertanyaannya media sosial itu sendiri itu apa sih?

Media sosial yang saya kutip dari Wikipedia yaitu sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".

Pastinya sering kan kita update status di social media seperti Instagram, Facebook, Twitter, BBM, Line dan lain-lainnya. Atau mungkin kamu suka travelling, menyanyi, wisata kuliner, lagi galau lagi seneng dan lainnya? Nah biasanya itu kita pasti upload di akun media sosial pribadi kita. Jadi, semua aktivitas yang kita lakukan yang selalu diabadikan lewat foto maupun video kemudian kita upload adalah salah satu bentuk dari pengekspresian diri kita melalui Internet atau kalau mau keren sebut saja form of expression.

Hmm form of expression itu apa sih? Nah form of expression yaitu internet dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan diri kita sendiri melalui halaman web pribadi kita sendiri atau bisa pula dengan mengembangkan jalinan hubungan antara teman-teman maupun dengan keluarga. Internet juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai pendukung dalam pengekspresian diri dan memunculkan bentuk-bentuk ekspresi baru. Hill dan Hughes (1998) mengemukakan bahwa ekspresi yang ditunjukkan seseorang dalam dunia maya seperti sikap keramahan seseorang di media sosial belum tentu sama dengan keramahannya di dunia nyata. Civin (1999) mengungkapkan bahwa teks virtual, identitas maya alternatif, dan penguntit elektronik atau hacker merupakan bentuk-bentuk baru ekspresi secara online.

Media sosial yang sedang sangat diminati saat ini atau biasa anak muda sekarang ini menyebutnya dengan istilah “kekinian” adalah instagram. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri. Satu fitur yang unik di Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan polaroid. Hal ini berbeda dengan rasio aspek 4:3 yang umum digunakan oleh kamera pada peranti bergerak.

Menggunakan Instagram yang merupakan bentuk ekspresi itu terlihat dari contohnya saat kita mengunggah foto ataupun video itu pasti kita bubuhi dengan caption, ataupun bercerita di fitur insta story apalagi saat ini terdapat fitur tambahan fitur siaran langsung yang menunjukkan segala aktivitas kita selalu terekam. Hal itu tanpa disadari kita ini sedang ingin mencari perhatian loh, kita pasti ingin menunjukkan citra yang ingin dibangun kepada orang lain atau kalau di Instagram kita sebut sebagai followers. Bukan tanpa alasan kalau menyebut kita-kita ini ingin diperhatikan karena nyatanya pada dasarnya manusia itu mempunyai sifat narsis dan kadar kenarsisan seseorang juga berbeda-beda tentunya. Banyak sekali pengguna instagram ingin tampak “Wah” dan tampil “eksis nan necis” dihadapan orang lain dengan mencari banyak followers, ingin like dan komentar pada saat meng-upload sesuatu, ataupun banyak viewers dan komentar saat sedang siaran langsung yang tujuannya tidak jauh-jauh ingin mendapatkan pujian dari orang lain.

Internet sebagai form of expression ini memiliki dua perspektif, yaitu perspektif pesimisme dan optimisme. Ya kalau lebih simpelnya seperti positif dan negatif, ya kan segala sesuatu di dunia ini pasti memiliki dua sisi yang bersebrangan, ada yang mendukung ada yang mengkritik. Perspektif pesimis, menyatakan bahwa teknologi CMC bertentangan dengan hakikat kehidupan manusia, dan terlalu terbatas pada teknologi untuk hubungan yang bermakna untuk (Stoll, 1995). Dunia maya tidak bisa menjadi sumber persahabatan yang bermakna dan serius (Beniger, 1988). Komunikasi melalui komputer dapat mendorong 'eksperimen' (seperti berbohong kepada orang lain yang tidak bisa langsung tahu apa sebenarnya) tentang identitas seseorang dan kualitas dirinya. Perspektif pesimis menyatakan bahwa interaksi online dapat menipu dan mengandung kebencian sementara. Misalnya, ada banyak akun pengguna instagram nih yang tidak menampilkan dirinya yang sebenarnya seperti akun instagram @mimi.peri yang baru-baru ini membuat heboh netizen (sebutan untuk pengguna internet). Pemilik akun tersebut aslinya dalah seorang laki-laki namun dia menampilkan dirinya sebagai seorang yang tomboy dan bergaya seperti perempuan dengan gaya dandanan dan busana yang aneh. Dan dengan keunikan identitas yang disuguhkan sebagai mimi peri rapunsel ini telah mendapat ribuan followers. Di sini netizen melihat sosok tersebut orang yang alay atau berlebihan dan tidak sedikit yang membenci apa yang ditunjukkan identitas yang dibuatnya, duh ada-ada saja ya.

Dalam perspektif optimisnya, banyak kalangan yang  melihat internet sebagai media interaksi sosial. Sejumlah studi menunjukkan 'sosial' adalah daya tarik penting yang mengikat bersama-sama (rice,1987). Sekarang orang rata-orang merasa sangat diuntungkan dengan kehadiran internet apalagi media sosial ya karena kita menjadi lebih mudah untuk berhubungan dengan keluarga dan teman-teman. Dan saat ini banyak yang menjadikan media sosial sebagai wadah yang dapat menghasilkan profit atau pundi-pundi uang, kok bisa gitu? Nah contohnya saja, banyak banget nih bermunculan selebgram-selebgram atau seleb instagram, dengan followers yang banyak mereka dapat memanfaatkannya dengan menjadi endorse dari produk yang ditawarkannya, atau membuat berbagai Vlog yang dapat menarik minat orang lain, dan lain-lain.

Well, Mengekspresikan diri kita melalui Instagram maupun media sosial lainnya sah-sah saja dan hak kita untuk menggunakannya. Yang menjadi masalah adalah ketika kita tidak dapat menggunakan instagram atau media sosial dengan bijak seperti menampilkan unggahan yang berlebihan. Pasti tidak mau dong membuat terganggu orang lain dengan postingan-postingan kita yang terlewat keblabasan. Bukan orang lain yang menjadi rugi tetapi diri kita sendiri pun dapat terkena imbasnya, sudah banyak kasusnya loh. Seperti kasusnya akun @Awkarin karena muatan di Instagramnya dianggap orang lain sangat merusak moral yang dapat diikuti orang lain sampai-sampai dirinya pernah dilaporkan oleh KPAI. Nah ada baiknya ketika mengakses internet khusus anak-anak harus dilakukan pendampingan oleh orang tua, dan bagi kita yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan benar harus lebih waspada akan dampak internet ini. Mau Gaya Tapi Malah Jadi Bahaya! Nggak mau kan? So, sekali lagi gunakanlah segala sesuatu dengan seperlunya aja ya.


Referensi :

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006,  Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consquences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. Chapter  4  :  “Perspectives on Internet Use: Access, Involvement and interaction"

https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial diakses Jumat, 24 Maret 2017


https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram diakses Jumat, 24 Maret 2017

http://www.solopos.com/2015/11/17/trending-sosmed-mimi-peri-rafunzel-pria-tulang-lunak-yang-bikin-terguncang-662028 diakses Jumat, 24 Maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Edukasi Tentang Penggunaan Game Online Bagi Anak-anak Itu Perlu